
“Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’ :1)
Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm:13-18:
“Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:13-18)
Pemahaman secara fisik (physical journey).
ISRA`MI`RAJ, sebagai sebuah peristiwa metafisika (gaib), barangkali
bukan sesuatu yang istimewa. Kebenarannya bukanlah sesuatu yang
luarbiasa. Kebenaran metafisika adalah kebenaran naqliyah (: dogmatis)
yang tidak harus dibuktikan secara akal, namun lebih bersifat imani.
Valid tidaknya kebenaran peristiwa metafisika—secara akal, bukanlah soal
selagi ia diimani.
Didalam pemahan secara fisika banyak orang mempertanyakan
ke-shahih-an Isra` Mi`raj; “ apakah mungkin manusia melakukan
perjalanan sejauh itu hanya dalam waktu kurang dari semalam?” . Kaum
kafirpun telah menantang Rasulullah seperti diberitakan dalam Al Quran
dalam surat Al-Israa: 93.
“Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
Dan didalam Hadith
“Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai saya (kata Nabi SAW), saya berdiri di Hijr (menjawab berbagai pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada saya Baitul Maqdis, saya dapatkan apa yang saya inginkan dan saya jelaskan kepada mereka tanda-tandanya, saya memperhatikannya….” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Kecepatan cahaya adalah kecepatan tercepat yang diyakini
bisa dicapai oleh sebuah benda di alam semesta ini, Kecepatan cahaya dalam
sebuah vakum adalah 299.792.458 meter per detik (m/s) atau 1.079.252.848,8
kilometer per jam (km/h) atau 186.282.4 mil per detik (mil/s) atau
670.616.629,38 mil per jam (mil/h). Kecepatan cahaya ditandai dengan huruf c,
yang berasal dari bahasa Latin celeritas yang berarti “kecepatan”, dan juga
dikenal sebagai konstanta Einstein. Kecepatan cahaya sampai saat ini masih
diakui sebagi kecepatan yang paling tercepat dari kemampuan bergerak suatu
benda apapun.
Lalu pertanyaannya
adalah apakah ada kemungkinan manusia mampu bergerak setara dengan kecepatan
cahaya?
Ketika seorang pilot pesawat tempur menambah percepatan
pesawat secara tiba-tiba dengan kecepatan yang tinggi maka mendadak pilot akan
kehilangan kesadaran (black out).
Penjelasannya biasanya dikarenakan dalam keadaan tersebut jantung pilot tidak
cukup kuat untuk memompa darah ke kepala. Jika percepatan semakin dinaikkan
secara tiba-tiba, maka akan terasa tekanan yang hebat di dada. Seakan sang
pilot terpaku kuat-kuat di kursinya. Tekanan itu juga akan berakibat tangan
susah di gerakan, mulut menganga lebar, mata melotot, seolah mau meloncat
keluar dari kelopak dan darah mengalir dalam tubuh menolak naik ke otak.
Perlahan kesadaran habis dan mungkin dalam tempo beberapa
menit sang pilot akan mengalami kematian. Keadaan ini terjadi jika dilakukan
penambahan percepatan pesawat dengan kecepatan yang sangat tinggi dan dalam
waktu singkat atau tanpa dilakukan secara bertahap. Karena secara realitas
itulah yang akan manusia alami jika mengalami percepatan untuk mencapai
kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Apalagi jika dilakukan tanpa adanya
tahapan. Karena pada dasarnya keberadaan fisik kita ini, terletak pada medan
gravitasi bumi dengan nilai tertentu. Objek padat(manusia) akan mengalami pertambahan
berat jika menjelajah semakin cepat.
Sampai saat ini dipercaya bahwa objek bermassa yang dapat
bergerak setara dengan kecepatan cahaya. Lalu adakah manusia yang pernah merasakan gerakan dalam kecepatan cahaya?
Allah Swt berfirman di dalam Alquran Surah Al-Israa’ ayat 1:
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda–tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Allah SWT memberikan keistimewaan pada Nabi Muhammad s.a.w.
dalam perjalanan Isra’ Mi’raj berupa perjalanan yang sangat jauh tapi dapat
ditempuh dengan waktu yang relatif pendek. Dicapai dengan kecepatan yang sangat
cepat, bahkan bisa jadi lebih cepat berlipat-lipat dari kecepatan cahaya.
Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa perjalanan luar biasa
itu bukan kehendak dari Rasulullah Saw sendiri, tapi merupakan kehendak Allah
Swt. Untuk keperluan itu Allah mengutus malaikat Jibril as (makhluk di langit
9) beserta malaikat lainnya sebagai pemandu perjalanan suci tersebut.
Dipilihnya malaikat sebagai pengiring perjalanan Rasulullah Saw dimaksudkan
untuk mempermudah perjalanan melintasi ruang waktu.
Selain Jibril as dan kawan-kawan, dihadirkan juga kendaraan
khusus bernama Buraq, makhluk berbadan cahaya dari alam malakut. Nama Buraq
berasal dari kata barqun yang berarti kilat. Perjalanan dari kota Makkah ke
Palestina berkendaraan Buraq tersebut ditempuh dengan kecepatan cahaya, sekitar
300.000 kilometer per detik.
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT yang
telah diperlihatkan keadaan surga dan neraka pada peristiwa itu. Jika Nabi SAW
mengalami peristiwa luar biasa itu,
Apakah kita manusia biasa memungkinkan untuk itu? Seandainya
badan bermateri padat seperti tubuh kita dipaksakan bergerak dengan kecepatan
cahaya, bisa diduga apa yang akan terjadi. Badan kita mungkin akan tercerai
berai karena ikatan antar molekul dan atom bisa terlepas.
Jawaban yang paling
mungkin untuk pertanyaan itu adalah tubuh kita diubah susunan materinya menjadi
cahaya. Bagaimanakah hal itu mungkin terjadi ? Teori yang memungkinkan
adalah teori Annihilasi. Teori ini mengatakan bahwa setiap materi (zat)
memiliki anti materinya. Dan jika materi direaksikan dengan anti materinya,
maka kedua partikel tersebut bisa lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau
sinar gamma.
Hal ini telah dibuktikan di laboratorium nuklir bahwa jika
partikel proton direaksikan dengan antiproton, atau elektron dengan positron
(anti elektron), maka kedua pasangan tersebut akan lenyap dan memunculkan dua
buah sinar gamma, dengan energi masing-masing 0,511 MeV (Mega Electron Volt)
untuk pasangan partikel elektron, dan 938 MeV untuk pasangan partikel proton.
Sebaliknya apabila ada dua buah berkas sinar gamma dengan
energi sebesar tersebut di atas dilewatkan melalui medan inti atom, maka
tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi 2 buah pasangan partikel
tersebut di atas. Hal ini menunjukkan bahwa materi bisa dirubah menjadi cahaya
dengan cara tertentu yang disebut annihilasi dan sebaliknya.
Alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Secara umum
alam terbentuk atas materi dan energi. Bisa dikatakan materi adalah bentuk
energi yang termampatkan. Sebagaimana konsep kesetaraan massa dan energi yang
dirumuskan oleh Einstein, bahwa materi dalam kondisi tertentu dapat berubah
menjadi energi, dan sebaliknya energi dapat berubah menjadi materi. Setiap
objek berwujud yang ada dalam alam semesta ini, pada dasarnya tersusun atas
materi2 submikroskopik yang kita kenal dengan istilah atom, proton dan neutron
serta dikelilingi elektron.
Pasangan materi adalah anti materi. Materi adalah objek
bermassa positif sedangkan antimateri atau antipartikel aldalah objek bermassa
negatif. Materi dan energi bukan berpasangan, walaupun keduanya bisa saling
menjelma. Materi jika bertemu dengan antimateri dalam kondisi tertentu akan
menjelma menjadi foton (annihilasi). Foton tidak memiliki massa namun memiliki
energi dan momentum.
Annihilasi atau proses pemusnahan terjadi ketika massa
antimateri menghapus massa materi, sehingga keduanya lenyap dan menjelma
menjadi 2 foton gamma dengan massa yang bernilai nol. sebaliknya, proses
penciptaan (creation), jika foton berada pada medan tertentu, maka foton akan
berproses menjadi materi. proses ini bisa berlangsung berulang-ulang seperti
siklus
Jika dihitung jarak Bumi dan Bulan sekitar 450.000 km
ditempuh dengan kecepatan cahaya, maka hanya dibutuhkan waktu sekitar 1,5 detik
dalam ukuran waktu kita di bumi. Sesampainya di Bulan tubuh kita kembali
menjadi materi. Peristiwa ini mungkin lebih dikenal seperti teleportasi dalam
teori fisika kwantum atau ilmu pindah sekejap dalam supranatural.
Yang perlu dipahami adalah perjalanan antar dimensi bukanlah
perjalanan berjarak jauh atau pengembaraan angkasa luar, melainkan perjalanan
menembus batas dimensi.
Peristiwa perjalanan Isra’ Mi’raj dan teori relativitas.
Diantara keduanya terdapat faktor persamaan dan perbedaan didalam proses kejadian,
persamaan kedua kisah antara lain:
• Keduanya membahas perihal perjalanan atau journey dari Bumi ke luar angkasa lalu kembali ke Bumi.
• Keduanya membahas penggunaan faktor “Speed” atau “kecepatan” tinggi didalam pemberitaannya
• Konsep mengenai perpisahan antara dua manusia (atau lebih) digunakan sebagai bahan pokok atau object pembahasan didalam kedua cerita.
• Keduanya membahas perihal perjalanan atau journey dari Bumi ke luar angkasa lalu kembali ke Bumi.
• Keduanya membahas penggunaan faktor “Speed” atau “kecepatan” tinggi didalam pemberitaannya
• Konsep mengenai perpisahan antara dua manusia (atau lebih) digunakan sebagai bahan pokok atau object pembahasan didalam kedua cerita.
Dalam Isra Miraj, Rasulullah meninggalkan kaumnya di bumi untuk
bepergian ke ke Majidil Aqsha lalu ke Langit ketujuh, dalam kasus teori
relativitas menceritakan tentang dua saudara kembar A dan B, dimana
saudara kembar B bepergian keluar angkasa.
Sampai disini dari hal hal tersebut diatas, kita sudah dapat
mengambil kesimpulan secara gamblang, bahwa peristiwa Isra Miraj adalah
benar. Bagaimana mungkin seorang manusia yang ummi 14 Abad yang
silam dapat membuat sebuah cerita atau teori yang dapat dibuktikan
didalam abad ke 20 dengan sedemikian detailnya. Dengan kata lain tidak
mungkin Rasulullah SAW mencontoh teori Albert Einstein yang lahir
sesudahnya (?).
Teori Relativitas.
Theori Relativitas membahas mengenai Struktur Ruang dan Waktu serta
mengenai hal hal yang berhubungan dengan Gravitasi. Theori relativtas
terdiri dari dua teori fisika, relativitas umum dan relativitas khusus.
Theori relativitas khusus menggambarkan perilaku ruang dan waktu dari
perspektif pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain, dan
fenomena terkait. Artikel ini hanya dibahas theori relativitas khusus
dan Efek yg disebut dilatasi waktu (dari bahasa Latin: dilatare
“tersebar”, “delay”).
t = waktu benda yang diam
v = kecepatan benda
c = kecepatan cahaya
Diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan
kecepatan cahaya, akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin
dekat nilai kecepatan suatu benda (v) dengan kecepatan cahaya (c),
semakin besar pula efek yang dialaminya (t`): perlambatan waktu. Hingga
ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya (v=c), benda itu pun
sampai pada satu keadaan nol. Demikian, namun jika kecepatan benda dapat
melampaui kecepatan cahaya (v>c), keadaan pun berubah. Efek yang
dialami bukan lagi perlambatan waktu, namun sebaliknya waktu menjadi
mundur (-t’).
Kisah perjalanan Si Kembar atau dilatasi waktu.
Twin Paradox adalah suatu theori hasil pemikiran (Gedankenexperiment
atau thought experiment) oleh Albert Einstein berbasis theori
relativitas khusus yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para
pakar fisika. Theori tersebut secara keseluruhan menggambarkan kisah
perjalanan dua saudara kembar yang berpisah. Salah seorang dari saudara
kembar (A) tersebut tinggal di Bumi dan saudara kembar lainnya (si
traveler(B)) terbang keluar angkasa kesebuah planet di tata surya yang
jauh dengan kecepatan cahaya dan kembali kebumi dengan kecepatan yang
sama. Setelah mereka bertemu kembali dibumi mereka menemukan fakta bahwa
umur si kembar yang mengadakan perjalanan (si traveler) lebih muda
daripada umur saudaranya (A) yang tetap tinggal dibumi, disebabkan si
traveler mengalami phenomenon time dilation atau fenomena dilatasi
waktu dalam perjalanannya.
Time dilation (dilatasi waktu) adalah fenomena, dimana seorang Observer disatu titik melihat, bahwa jam dari orang yang bergerak dengan cepat menjadi lebih lambat (atau cepat), sebenarnya hal tersebut tergantung dari frame of reference dimana dia berada. Time dilation dapat di ketahui hanya apabila kecepatan mengarah kepada kecepatan cahaya dan sudah dibuktin secara akurat dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.
Time dilation (dilatasi waktu) adalah fenomena, dimana seorang Observer disatu titik melihat, bahwa jam dari orang yang bergerak dengan cepat menjadi lebih lambat (atau cepat), sebenarnya hal tersebut tergantung dari frame of reference dimana dia berada. Time dilation dapat di ketahui hanya apabila kecepatan mengarah kepada kecepatan cahaya dan sudah dibuktin secara akurat dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.
Pembuktian teori relativitas.
Studi tentang sinar kosmis merupakan satu pembuktian teori ini.
Didapati bahwa di antara partikel-partikel yang dihasilkan dari
persingungan partikel-partikel sinar kosmis yang utama dengan inti-inti
atom Nitrogen dan Oksigen di lapisan Atmosfer atas, jauh ribuan meter di
atas permukaan bumi, yaitu partikel Mu Meson (Muon), itu dapat mencapai
permukaan bumi. Padahal partikel Muon ini mempunyai paruh waktu
(half-life) sebesar dua mikro detik yang artinya dalam dua perjuta
detik, setengah dari massa Muon tersebut akan meleleh menjadi elektron.
Dan dalam jangka waktu dua perjuta detik, satu partikel yang bergerak
dengan kecepatan cahaya (± 300.000 km/dt) sekalipun paling-paling hanya
dapat mencapai jarak 600 m. padahal jarak ketinggian Atmosfer di mana
Muon terbentuk, dari permukaan bumi, adalah 20.000 m yang mana dengan
kecepatan cahaya hanya dapat dicapai dalam jangka minimal 66
mikro-detik. Lalu, bagaimana Muon dapat melewati kemustahilan itu?
Ternyata, selama bergerak dengan kecepatannya yang tinggi—mendekati
kecepatan cahaya, partikel Muon mengalami efek sebagaimana diterangkan
teori Relativitas, yaitu perlambatan waktu.
Pembuktian selanjutnya terjadi pada tahun 1971, perbedaan waktu
(time dilation) di twin paradox theori tersebut telah dibuktikan melalui
“Hafele-Keating-Experiment” dengan menggunakan 2 buah jam yang
berketepatan tinggi (High precision Cesium Atom clocks) yang di set awal
pada waktu yang sama.
Experiment tersebut menghasilkan perbedaan waktu pada kedua jam tersebut, antara jam yang diletakkan di pesawat Intercontinental yang bergerak terbang kearah timur / barat dengan jam referensi yang diletakkan di U.S. Naval Observatory di Washington, waktu jam di pesawat berkurang/bertambah tergantung dari arah penerbangan.
Experiment tersebut menghasilkan perbedaan waktu pada kedua jam tersebut, antara jam yang diletakkan di pesawat Intercontinental yang bergerak terbang kearah timur / barat dengan jam referensi yang diletakkan di U.S. Naval Observatory di Washington, waktu jam di pesawat berkurang/bertambah tergantung dari arah penerbangan.

Relativ terhadap jam di Naval Observatory, jam dipesawat berkurang waktu 59+/-10 nanoseconds dalam penerbangan ketimur, dan mengalami pertambahan waktu 273+/-7 nanosecond pada penerbangan ke barat. Hasil empiris tersebut membuktikan theori twin paradox dalam tingkatan jam macroskopik.
Dengan adanya pembuktian pembukatian tersebut, berarti Albert
Einstein dengan teori relativitasnya secara langsung atau tidak langsung
telah membuktikan bahwa kisah Al Quran tentang kisah “perjalanan
Rasulullah SAW kelangit ketujuh dan kembali dalam satu malam” adalah
benar. Terutama dalam segi dimensi WAKTU, dalam perhitungannya
memungkinkan.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana dengan Nabi Isa AS, ummat Islam
mempercayai bahwa Nabi Isa, yang diakui sebagai Yesus oleh penganut
Kristen, memang tidak dibunuh oleh orang-orang yang mengejarnya ketika
itu. Bahkan beliau belum wafat. Nabi Isa akan kembali diakhir jaman,
Apakah Nabi Isa juga mengalami perjalanan dan dilatasi waktu serupa?
Wallahu ‘alam bish shawwab.
Applikasi Teori Relativitas.
Salah satu aplikasi teori tersebut adalah alat GPS – Global Postioning System
di Handphone anda merupakan applikasi hasil dari theory relativitas
umum dan relativitas khusus. Dalam hal ini jam satellite di orbit di
bandingkan dengan jam di darat sebagai faktor koreksi pengiriman signal.
Akhirul kalam, saya menganggap bahwa pengetahuan akan adanya dilatasi
waktu antar galaksi adalah suatu fenomena menarik bagi kaum muslimin.
Fenomena inipun banyak terjadi pada peristiwa sehari-hari dan bahkan
dipelajari oleh ilmuwan barat untuk mempelajari peristiwa di alam raya.
Dan mestinya bukanlah sesuatu yang dilarang atau berlebihan untuk lebih
memahami fenomena di alam. Untuk selanjutnya yang kita tunggu adalah
adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan untuk dapat mengungkapkan
desain dari black hole dan wormhole yang gabungan keduanya mirip bentuk
teratai (Sidrah atau Sidratul, dan bentuk otak pada tubuh manusia.
Sehingga semua ini mudah-mudahan dapat meningkatkan ketakwaan kita
dihadapan sang Pencipta. (Sumber http://bambies.wordpress.com/isra-miraj-dan-theori-relativitas/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar